Senin, 25 Februari 2013


Dirawat Hantu ?

Dering jam beker yang terletak di atas meja kamar tidurku berdering. Tanda peringatan bahwa suamiku harus minum obat yang telah diresepkan dokter padanya. Aku selalu tertib merawat suamiku yang berbaring terkena penyakit asma. “Pak, bangun dulu Pak!, obatnya saatnya diminum” pintaku pada suamiku. Aku menjadi kaget, ternyata suamiku tidak sadarkan diri. Jam dua malam itu aku segera membangunkan kedua anakku. “Mas Anto, Dik Ani…. bangun dulu nak, bapak perlu bantuanmu!” . Kedua ankku terus bangun
“Ada apa Ma?” tanya keduanya
“Telponkan petugas ambulance Rumah Sakit Daerah Ponorogo ya!, bapak butuh pertolongan segera”
“Iya Ma” jawab anakku singkat
Aneh!, hanya berselang kurang lebih lima menit mobil yang aku butuhkan itu sudah tiba di depan rumahku. Padahal jarak antara Pulung desaku, dengan RSUD Dr. Hardjono ada kurang lebih dua puluh kilo lebih. Aku terdiam sedikit tercengang. Tapi mau bagaimana lagi, aku disambut dengan ramah oleh dua orang suster dan seorang sopir yang masih muda.
“Mari Bu, silahkan dampingi Bapak di belakang. Infusnya sudah saya pasang. Ibu akan ditemani dua orang suster di belakang”
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, terasa aku melihat yang wajar melihat pemandangan di sepanjang jalan Pulung Ponorogo. Dua orang suster yang menemani aku tercium parfum yang harum sekali. Wajahnya cantik jelita. Rambutnya semampai panjang. “Wah, seandainya dia masih bujang bakal aku jodohkan dengan Anto anakku..” batinku, tapi aku nggak berani mengungkapkan kata-kata padanya.
Tidak beberapa lama aku sudah sampai di ruang UGD. Disana saya segera mengurus administrasi di loket rawat inap. Dua orang suster dan sopirnya mengantar aku di sebuah ruangan yang masih asing bagiku. Kira-kira dari UGD ke arah bagiun timur. Aku melewati lorong-lorong yang ramai. Aku melihat banyak pasien-pasien yang ditunggui oleh kerabatnya. Suamiku segera masuk di ruang yang saya lihat bangunan lama atau bangunan kuno.Sepertinya bangunan rumah sakit peninggalan Belanda. Aku melihat kok ada beberapa dokter berwajah bule di sana. Terus ada beberapa pasukan tentara Belanda yang keluar masuk bangsal. Aku terdiam. Aku cubit kakiku… jangan-jangan aku bukan manusia lagi. Aku terdiam seribu bahasa.
“Bu, silakan masuk , suami ibu sudah berada di kamar Anggrek, dan tas ibu sudah kami simpan di lemari”
“ooh…oh…iya suster” aku terkejut dan terheran-heran….”Padahal tas saya tadi aku cangking, lho kok sudah mereka bawa ya?”
Dalam suasana keheranan yang sangat luar biasa, aku segera memasuki kamar, tempat suamiku dirawat. Aku merasakan kamar yang ditempati suamiku terlihat luas dan bersih. perawat-perawatnya silih berganti berdatangan memberikan perawatan. “Ibu dari Pulung ya?” tanya dokter bule kepada saya. “Ya Dok…” “Suami ibu tidak apa-apa kok. Dan nanti perlu dirawat tiga hari saja kok. Untuk itu saya minta ibu dan keluarga tidak usah keluar dari ruangan ini. Ibu akan dilayani oleh suster semuanya. Makanan dan minuman sudah tinggal ambil, cukup untuk hidup tiga hari…”
Selama tiga hari, kami dimanjakan dengan pelayanan yang sangat istimewa. Suamiku nampak semakin sehat. Demikian juga anak-anakku mereka nampak santai tanpa terlihat beban dari raut wajahnya. “Bu, sudah saatnya ibu bisa pulang. Ini surat rujukan dari dokter, silakan diurus di ruang administrasi” pinta suster jelita yang selama ini merawat suamiku, dan melayani semua kebutuhanku di rumah sakit Dr. Hardjono
“Anto, pergilah ke kantor administrasi di depan sana ya?, habis berapa biaya perawatannya”
“Iya Ma”
Sesampai di depan anakku tekaget-kaget. Semua loket untuk pembayaran administrasi nampak kosong semuanya. Demikian juga, ternyata rumah sakit tersebut sudah tidak ada penghuninya sedikitpun. Di sana ada tulisan ‘ Rumah Sakit Dr. Hardjono sudah pindah sejak September 2012 di Paju Ponorogo, semua layanan Kesehatan dipindahkan di sana!’
Bulu kudukku merinding. Aku dan keluargaku tercengang. Kamar yang tadinya luas dan indah, lengkap dengan fasilitas yang menakjubkan, kini terlihat nyata lengang, kumuh, penuh sarang laba-laba, tidak terawat, dan tanpa perawat.
“Lho ibu dari mana ini?” tanya satpam tiba-tiba
“A…aa..anu Pak, saya rawat inap di Ruang Anggrek!”
Satpam juga tercengang setengah mati. Bulu kuduknya merinding, mulutnya seakan terkunci rapat sulit mengucapkan kata-kata… Aku dan keluarga bergegas, malu. Tapi aku bersyukur karena suamiku terlihat sehat wal afiat. “Ma!, terus siapa ya yang merawat kita tadi?”. “Ah nggak tahu Pa… sudahlah, kita pulang dulu” kataku sambil meninggalkan RSUD Dr Hardjono yang lama.

Cerpen - Misteri


 Gadis Penghuni rumah tua

Masih dengan senyum yang sama, baju merah yang sama dan posisi duduk di atas balkon rumah itu. Rambut panjangnya ia biarkan terurai yang sesekali terkibas angin sore itu. Aku menundukkan kepalaku sambil menyapa “Sore mba…”, Ia hanya tersenyuum sambil menatapku, tapi yang slalu bikin haran, pandangan mata itu selalu kosong. “ Aneh..” Pikirku.

Seperti Sore Ini, Aku pulang agak cepat dari sekolah. Dari kejauhan kulihat tubuh kecilnya duduk dibalkon rumah itu. Memandang jauh seolah ia sedang menerawang jauh, semakin dekat kulihat sesekali bibirnya bergumam, entah apa yang dia katakana. “Sore Mba…”. Kataku membuyarkan lamunannya, ia menoleh ke arahku sedikit kaget lalu tersenyum menganggukan kepala. Selalu tanpa suara “ Bisu kali yah…”, Pikirku. “He..He.., Sorry mba… abis nggak pernah mau jawab sih”, Bathinku.


“Mari mba…”, Kataku lagi, Ia mengangguk lagi. “Ih..bosen tau ngagguk-ngangguk mulu, ngomong ke” bathinku lagi seraya pergi menjauh.

“Vin, Sini deh” kataku pada adikku sesampai dirumah. “apa sih kak, ganggu aja. Lagi nonton nih!!!” meski ngomel tak urung juga ia menghampiriku dan duduk di dekatku. “Ada apa sih kak, kok malah bengong”, katanya lagi. “Ehm... Vin, beberapa hari ini aku sering lihat ada gadis dirumah ujung jalan sana, cantik banget lho!!!” kataku tanpa menoleh kepadanya. “Rumah ujang jalan…… rumah tua itu kak?”, ia Sedikit heran. “Iya… kamu juga pernah liat kan??” kataku meyakinkan hati. Ia menggelengkan kepala. “Yang bener kak , Setau aku sejak setahun kita pindah ke sini, itu rumah kan nggak ada yang nempatin??”, Ia Semakin keherenan. “Penduduk baru kali tuh” , Kataku. “bisa jadi tuh kak, tapi aku belum pernah lihat sih, emang kakak lihatnya kapan?”, Kata adikku sedikit mengerutkan dahinya. “Setiap kakak pulang kuliah, Ida pasti ada diatas balkon rumah itu dan slalu senyum sama kakak, Cuma herannya dia sama sekali nggak pernah ngejawab setiap kakak nyapa dia, Cuma senyum doang … bisu kali yah!!!” kataku panjang lebar . ”ah kakak ada-ada aja, malu kali kak, biasanya cewek kan suka malu-malu kak!!!” kata adikku seolah membela kaumnya. “ Iya Kali, udah ah…kakak mandi dulu deh” kataku seraya pergi. “ Ya Udah sana, bau tau…” adikku menggoda dengan menutup hidungnya.

Seminggu sudah aku melihat gadis manis dirumah ujung jalan itu, ada keinginan untuk lebih mengenalnya lebih jauh, aku yakinkan hati ku sore ini aku harus tau namanya dan ngobrol sama dia. Bergegas aku pulang. Ingin cepat-cepat sampe dirumah itu, benar saja ia duduk di balkon rumah itu, masih dengan pandangan menerawang. “Sore mba…” ia menoleh kepadaku, seolah sudah menunggu dari tadi wajahnya berubah cerah. Ia mengangguk. “Boleh saya masuk mba…???” tapi tak urung juga ia terlihat keheranan. “Makasih…” aku melangkahkan kakiku seraya membuka pintu pagar, tiba-tiba ada angin berhembus menerpa mukaku dan wewangian bunga tercium, bau bunga itu sedikit aneh, membuat bulu kudukku langsung berdiri “ ahh….. rumah ini kan sudah sedikit tua, Pasti baunya juga agak aneh”, Pikirku. Ia keluar dari dalam rumah, dengan wajah murung dan pandangan hampanya. “ Ni Cewe aneh, Bikin penasaran” bathinku. Ia tersenyum dengan tangan mempersilah kan duduk. Kulihat ia duduk tanpa mau menatapku, Aku memberanikan diri memulai percakapan. “Kenalin mba ,Saya Rafli” kataku sambil menyodorkan tangan, Ia Hanya tersenyum tanpa mau membalas jabatan tanganku, ia mengucapkan sebuah kata. ”Saras….”.sambil menarik kembali tangan ku, aku bertanya “Mba… Penghuni baru ya?” Ia Menggelengkan kepala. “aneh…”, Pikirku. “Kok Sepi , Yang lain pada kemana ???” Ia Hanya tersenyum tanpa mau menjawab juga. “Ah… jadi bosen, dia hanya senyum dan senyum” Pikirku. “Mungkin saya ngeganggu ya, Kalo Gitu saya pamit deh” kataku sambil berdiri. Ia mengangguk lagi. “wahh…. Ni Cewe Aneh”, Pikirku. Aku melangkahkan kaki keluar rumah, tiba-tiba angin berhembus membawa aroma wewangian bunga itu kembali menusuk hidung. “Suasana disini semakin seram!!!” Bathinku Sambil Bergegas keluar meninggalkan rumah itu.

Sudah tiga hari tak terlihat gadis itu. “ Kemana Dia, Biasanya kan dia duduk di balkon rumah nya?” pikirku keheranan. Esok harinya, masih dalam rasa penasaran dengan keberadaan gadis itu, ku percepat laju motorku agar cepat sampai rumah gadis itu. “ kali Aja dia sekarang ada!!!” pikirku. Sesampainya disana Suana Rumah itu semakin menyeramkan, Kali ini terlihat kotor sekali. Aku diam didepan pagar sambil duduk di jok motorku sampai seorang satpam mendatangiku dan berkata “Ada yang bisa saya bantu mas???” Kata satpam itu. Aku sedikit tersentak… Karna kaget, Reflex Aku Loncat dari motor. “Oh..enggak pak, saya Cuma heran…, bapak tau seorang gadis yang tinggal dirumah ini?, Namanya Saras…” Kataku. Bapak satpam Itu sedikit kaget ketika aku menyebut nama saras. “Saras…?” Ia Terlihat Ketakutan. “Kita Ngobrol di Pos aja mas” Katanya. Aku Mengikutinya Sambil Menuntun Motor Ku.

“Dua tahun lalu terjadi musibah yg sangat mengejutkan warga komplek sini” Ia membuka percakapan dengan sedikit takut. “ Bagaimana tidak, seluruh keluarga pak harun meninggal dalam kecelakaan lalu lintas, Pak Harun dan istrinya meninggal beserta anak semata wayangnya , namanya saras” Sontak Helm yang ada dipangkuan ku terjatuh mendengar cerita bapak itu. “ saras…. Apa itu saras yang sama” Pikirku dengan gemetaran. “Sejak Kejadian Itu rumah itu kosong tak berpenghuni, pernah ada keluarganya hendak menjual rumah itu tapi sampai sekarang tak pernah laku. Takut kai orang-orang, soalnya saya pernah dengar beberapa kali ada gadis berbaju merah terlihat di balkon, seperti yang mas lihat!!!” Kali Ini Ia Bicara Sedikit pelan dan tengak-tengok, seolah takut didengar orang. “sebaiknya Mas pulang saja, Jangan lagi tengak-tengok ke atas balkon rumah itu” katanya lagi sambil berdiri “ Saya pulang dulu mas, itu pengganti saya sudah datang!!!” Katanya sambil Pergi.

Badan ku Terasa Lemas, Sulit Sekali untuk sampai dirumah. Sesampai dirumah, kulihat pandangan heran adikku, Ia menghampiriku yang masih duduk di jok motor. “Kenapa kak…. Kok lemes. Pucet lagi?“, Aku Hanya Terdiam. “Kak, jangan Bikin Penasaran dong, ada apa sih… atau kakak kesambet ya???” Katanya Lagi dan Mulai Ketakutan. Kupandangi wajahnya Sambil berkata. “Ternyata gadis…. Gadis dirumah ujung jalan itu….” Aku tak melanjutkan kata-kata ku. “Apasih kak, Kenapa dengan gadis itu, dia Nolak kakak?” Ia semakin heran. Sambil berjalan dari motorku, Aku Menjawab. “dia…….Dia sudah meninnggal dua tahun yang lalu…..” Aku Semakin Lemas . “Apa…?ya Allah… jadi… jadi dia………….” Kini Vina yang terduduk lemas, “Aku semakin tak mengerti kenapa ia memperlihatkan wujudnya padakau, apa karna aku warga baru Komplek ini sehingga aku tak pernah tahu cerita ini, atau karna Dia suka padaku, Ih amit-amit!!!” Aku Menerawang menerka nerka Tak Mau tahu.

Senin, 18 Februari 2013

Dongeng Sebelum Tidur


“Tukang cukur yang cerdik”


Pada suatu hari ada salah seorang dari empat ulama besar yang sedang bertutur tentang dirinya, beliau adalah Imam Abu Hanafi. Kemudian beliau mulailah bercerita.
“Ketika saya sedang melaksanakan ibadah Haji kemarin, tampa sadar saya telah melakukan lima kesalahan. Namun kemudian ada seorang tukang cukur yang selalu menegur dan mengajari asa” Kata Imam Abu Hanafi.
Bertahallul adalah salah satu dari rukun ibadah haji. Karena itulah maka Imam Hanafi datang kepada seorang tukang cukur untuk memotong rambut kepalanya.
“Berapa ongkosnya? Tanya Hanfi.
“Semoga Allah memberimu hidayah. Sebenarnya dalam ibadah haji itu tidaklan menjadi kewajiban. Silakan and duduk dan berikan sesuatu seiklas hati tuan”. Jawab tukang cukur.
 
Lalu dengan perasaan malu dengan membelakangi kiblat. Kembali tukang cukur itu menegurnya.
“Duduklah dengan menghadap kiblat”, katanya.
Betapa malunya Imam Hanafi mendapat teguran itu, namun setelah beliau sadar bahwa sebuat kebenaran itu tak pandang dari siapa datangnya dan apapun kedudukannya, meskipun ia hanya seorang tukang cukur. Kemudian Imam Hanafi menyodorkan bagian kepala kirinya untuk dipotong rambutnya. Dan tukang cukur itupun menegurnya kembal.
“Putarlah kearah kanan ! Karena yang demikian itu lebih baik”. Katanya. Dengan taat Imam Abu Hanafi melaksanakan perintahnya. Sang Ulama besar itu tak dapat berkutik karena sangat malu. Dan beliau hanya duduk terdiam sambil memperhatikan tukang cukur itu.
“Mengapa tuan hanya diam saja, Bertakbirlah” Kembali si tukang cukur tersebut menegurnya, sehingga Imam Hanafi pun dibuat malu untuk kesekian kalinya. Namun beliau tetap melaksanakan tegurannya itu. Usai dipotong rambut kepalanya, Lalu imam Abu Hanafi berdiri meninggalkannya.
 
“Mau kemana?”. Tanya tukang cukur itu.
“Akan meneruskan perjalanan”. Jawab Imam Abu Hanafi.
“Sholatlah dua rakaat sebelum tuan meneruskan perjalanan”, Pesan tukang cukur itu.
Maka dipatuhilah perintah tersebut, dengan melaksanakan sholat dua rakaat.
“Tak mungkin seorang tukang cukur bisa?”Tanya Imam Abu Hanafi dalam hati. Dengan memberanikan diri, akhirnya beliau bertanya kepada tukang cukur itu.
“Dari mana engkau peroleh ilmu tersebut?” tanya Imam Abu Hanafi.
“Ilmu Allah itu saya peroleh dari Atha’ bin Rabbah.” Jawab situkang cukur itu.
“Siapa dia”, Tanya Imam Abu Hanafi tampak penasaran. Kemudian situkang cukur itu pun menjawab kembali
“Atha’ bin Rabah adalah seorang budak keturan Habsyi, namun ia seorang yang sangat dihormati karena tingginya ilmunya. Dan ia juga adalah seorang ulama yang hidup pada abad pertama hijriyah dan berhak menberikan fatwa di Masjid Haram.

Inilah sebuah kebuktian janji Allah terhadap umatnya, Yang diturunkan lewat Al-Qur’an bahwa Allah akan meninggikan derajat suatu kaum Yaitu karena Ilmunya, Semoga kisah tukang cukur dan Imam Abu Hanafi itu menjadi pelajaran bagi kita, bahwa kita harus selalu menghargai setiap orang, karena orang yang mungkin kita anggap hina dihadapan manusia namun sangat mulia dihadapan Allah S.W.T.

Cerpen Romance~


Janji Terakhir


Pagi ini dia datang menemuiku, duduk di sampingku dan tersenyum menatapku. Aku benar-benar tak berdaya melihat tatapan itu, tatapan yang begitu hangat, penuh harap dan selalu membuatku bisa memaafkannya. Aku sadar, aku sangat mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia., meski dia sering menyakiti hatiku dan membuatku menangis. Tidak hanya itu, akupun kehilangan sahabatku, aku tidak peduli dengan perkataan orang lain tentang aku. Aku akan tetap memaafkan Elga, meskipun dia sering menghianati cintaku.

“Aku gak tau harus bilang apa lagi, buat kesekian kalinya kamu selingkuh! Kamu udah ngancurin kepercayaan aku!”

Aku tidak sanggup menatap matanya lagi, air mataku jatuh begitu deras menghujani wajahku. Aku tak berdaya, begitu lemas dan Dia memelukku erat.

“Maafin aku Nilam, maafin aku! Aku janji gak akan nyakitin kamu lagi. Aku janji Nilam. Aku sayang kamu! Please, kamu jangan nangis lagi!”

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi selain memaafkannya, aku tidak ingin kehilangan Elga, aku sangat mencintainya.

Malam ini Elga menjemputku, kami akan kencan dan makan malam. Aku sengaja mengenakan gaun biru pemberian Elga dan berdandan secantik mungkin. Kutemui Elga di ruang tamu, Dia tersenyum, memandangiku dari atas hingga bawah.

“Nilam, kamu cantik banget malam ini.”

“Makasih. Kita jadi dinner kan?”

“Ya tentu, tapi Nilam, malam ini aku gak bawa mobil dan mobil kamu masih di bengkel, kamu gak keberatan kita naik Taksi?”

“Engga ko, ya udah kita panggil Taksi aja, ayo.”

Dengan penuh semangat aku menggandeng lengan Elga. Ini benar-benar menyenangkan, disepanjang perjalanan Elga menggenggam erat tanganku, aku bersandar dibahu Elga menikmati perjalanan kami dan melupakan semua kesalahan yang telah Elga perbuat padaku.

Kami berhenti disebuah Tenda di pinggir jalan. Aku sedikit ragu, apa Elga benar-benar mengajakku makan ditempat seperti ini. Aku tahu betul sifat Elga, dia tidak mungkin mau makan di warung kecil di pinggir jalan.

“Kenapa El? Mienya gak enak?”

“Enggak ko, mienya enak, Cuma panas aja. Kamu gak apa-apa kan makan ditempat kaya gini Nilam?”

“Enggak. Aku sering ko makan ditempat kaya gini. Mie ayamnya enak loch. Kamu kunyah pelan-pelan dan nikmati rasanya dalam-dalam.”

Aku yakin, Elga gak pernah makan ditempat kaya gini. Tapi sepertinya Elga mulai menikmati makanannya, dia bercerita panjang lebar tentang teman-temannya, keluarganya dan banyak hal.
Dua tahun bersama Elga bukan waktu yang singkat, dan tidak mudah untuk mempertahankan hubungan kami selama ini. Elga sering menghianati aku, bukan satu atau dua kali Elga berselingkuh, tapi dia tetap kembali padaku. Dan aku selalu memaafkannya, itu yang membuatku kehilangan sahabat-sahabatku. Mereka benar, aku wanita bodoh yang mau dipermainkan oleh Elga. Meskipun kini mereka menjauhiku, aku tetap menganggap mereka sahabatku.

Selesai makan Elga Nampak kebingungan, dia mencari-cari sesuatu dari saku celananya.

“Apa dompetku ketinggalan di Taksi?”

“Yakin di saku gak ada?”

“Gak ada. Gimana dong?”

“ya udah, pake uang aku aja. Setiap jalan selalu kamu yang traktir aku, sekarang giliran aku yang traktir kamu. Ok!”

“ok. Makasih ya sayang, maafin aku.”

Saat di kampus, aku bertemu dengan Alin dan Flora. Aku sangat merindukan kedua sahabatku itu, hampir empat bulan kami tidak bersama, hingga saat ini mereka tetap sahabat terbaikku. Saat berpapasan, Alin menarik tanganku.

“Nilam, kamu sakit? Ko pucet sich?”

Alin bicara padaku, ini seperti mimpi, Alin masih peduli padaku.

“Engga, Cuma capek aja ko Lin. Kalian apa kabar?”

“Jelas capek lah, punya pacar diselingkuhin terus! Lagian mau aja sich dimainin sama cowok playboy kaya Elga! Jangan-jangan Elga gak sayang sama kamu? Ups, keceplosan.”

“Stop Flo! Kasian Nilam! Kamu kenapa sich Flo bahas itu mulu? Nilam kan gak salah.”
“Udah dech Alin, kamu diem aja! Harusnya kamu ngaca Nilam! Kenapa kamu diselingkuhin terus!”

Flora bener, jangan-jangan Elga gak sayang sama aku, Elga gak cinta sama aku, itu yang buat Elga selalu menghianati aku. Selama ini aku gak pernah berfikir ke arah sana, mungkin karena aku terlalu mencintai Elga dan takut kehilangan Elga. Semalaman aku memikirkan hal itu, aku ragu terhadap perasaan Elga padaku. Jika benar Elga tidak mencintaiku, aku benar-benar tidak bisa memaafkannya lagi.

Meskipun tidak ada jadwal kuliah, aku tetap pergi ke kampus untuk mengerjakan tugas kelompok. Setelah larut malam dan kampus sudah hampir sepi aku pun pulang. Saat sampai ke tempat parkir, aku melihat Elga bersama seorang wanita. Aku tidak bisa melihat wajah wanita itu karena dia membelakangiku. Mungkin Elga menghianatiku lagi. Kali ini aku tidak bisa memaafkannya. Mereka masuk ke dalam mobil, aku bisa melihat wanitaitu, sangat jelas, dia sahabatku, Flora….

Sungguh, aku benar-benar tidak bisa memaafkan Elga. Akan ku pastikan, apa Elga akan jujur padaku atau dia akan membohongiku, ku ambil ponselku dan menghubungi Elga.

“Hallo, kamu bisa jemput aku sekarang El?”

“Maaf Nilam, aku gak bisa kalo sekarang. Aku lagi nganter kakak, kamu gak bawa mobil ya?”

“Emang kakak kamu mau kemana El?”

“Mau ke…, itu mau belanja. Sekarang kamu dimana?”

“El! Sejak kapan kamu mau nganter kakak kamu belanja? Sejak Flora jadi kakak kamu? Hah?!!”

“Nilam, kamu ngomong apa sayang? Kamu bilang sekarang lagi dimana?”

“Aku liat sendiri kamu pergi sama Flora El! Kamu gak usah bohongin aku! Kali ini aku gak bisa maafin kamu El! Kenapa kamu harus selingkuh sama Flora El? Aku benci kamu! Mulai sekarang aku gak mau liat kamu lagi! Kita Putus El!”

“Nilam, ini gak…….”

Kubuang ponselku, kulaju mobilku dengan kecepatan tertinggi, air mataku terus berjatuhan, hatiku sangat sakit, aku harus menerima kenyataan bahwa Elga tidak mencintaiku, dia berselingkuh dengan sahabatku.

Beberapa hari setelah kejadian itu aku tidak masuk kuliah, aku hanya bisa mengurung diri di kamar dan menangis. Beruntung Ibu dan Ayah mengerti perasaanku, mereka memberikan semangat padaku dan mendukung aku untuk melupakan Elga, meskipun aku tau itu tak mudah. Setiap hari Elga datang ke rumah dan meminta maaf, bahkan Elga sempat semalaman berada di depan gerbang rumahku, tapi aku tidak menemuinya. Aku berjanji tidak akan memafkan Elga, dan janjiku takan kuingkari, tidak seperti janji-janji Elga yang tidak akan menghianatiku yang selalu dia ingkari.

Hari ini kuputuskan untuk pergi kuliah, aku berharap tidak bertemu dengan Elga. Tapi seusai kuliah, tiba-tiba Elga ada dihadapanku.

“Maafin aku Nilam! Aku sama Flora gak ada hubungan apa-apa. Aku Cuma nanyain tentang kamu ke dia Nilam!

“Kita udah putus El! Jangan ganggu aku lagi! Sekarang kamu bebas! Kamu mau punya pacar Tujuh juga bukan urusan aku!”

“Tapi Nilam…..”

Aku berlari meninggalkan Elga, meskipun aku sangat mencintainya, aku harus bisa melupakannya. Elga terus mengejarku dan mengucapkan kata maaf. Tapi aku tak pedulikan dia, aku semakin cepat berlari dan menyebrangi jalan raya. Ketika sampai di seberang jalan, terdengar suara tabrakan, dan…………

“Elgaaaa…..”

Elga tertabrak mobil saat mengejarku, dia terpental sangat jauh. Mawar merah yang ia bawa berserakan bercampur dengan merahnya darah yang keluar dari kepala Elga.

“Elga, maafin aku!”

“Nilam. Ma-af ma-af a-ku jan-ji jan-ji ga sa-ki-tin ka-mu la-gi a-ku cin-ta ka-mu a-ku ma-u ni-kah sa-ma kam……”

“Elgaaaaaa……”

Elga meninggal saat itu juga, ini semua salahku, jika aku mau memaafkan Elga semua ini takan terjadi. Sekarang aku harus menerima kenyataan ini, kenyataan yang sangat pahit yang tidak aku inginkan, yang tidak mungkin bisa aku lupakan. Elga menghembuskan nafas terakhirnya dipelukanku, disaat terakhir dia berjanji takan menyakitiku lagi, disaat dia mengatakan mencintaiku dan ingin menikah denganku. Dia mengatakan semuanya disaat meregang nyawa ketika menahan sakit dari benturan keras, ketika darahnya mengalir begitu deras membasahi aspal jalanan.
Rasanya ingin sekali menemani Elga didalam tanah sana, menemaninya dalam kegelapan, kesunyian, kedinginan, aku tidak bisa berhenti menangis, menyesali perbuatanku, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.

Satu minggu setelah Elga meninggal, aku masih menangis, membayangkan semua kenangan indah bersama Elga yang tidak akan pernah terulang lagi. Senyuman Elga, tatapan Elga, takan pernah bisa kulupakan.

“Nilam sayang, ini ada titipan dari Ibunya Elga. Kamu jangan melamun terus dong! Kamu harus bangkit! Biar Elga tenang di alam sana. Ibu yakin kamu bisa!”

“Ini salah aku Bu. Aku butuh waktu.”

Kubuka bingkisan dari Ibu Elga, didalamnya ada kotak kecil berwarna merah, mawar merah yang telah layu dan amplop berwarna merah. Didalam kotak merah itu terdapat sepasang cincin. Aku pun menangis kembali dan membuka amplop itu.

Dear Nilam,
    
Nilam sayang, maafin aku, aku janji gak akan nyakitin kamu, aku sangat mencintai kamu, semua yang udah aku lakuin itu buat ngeyakinin kalo Cuma kamu yang terbaik buat aku, Cuma kamu yang aku cinta.
    
Aku harap, kamu mau nemenin aku sampai aku menutup mata, sampai aku menghembuskan nafas terakhirku. Dan cincin ini akan menjadi cincin pernikahan kita.
    
Aku sangat mencintaimu, aku tidak ingin berpisah denganmu Nilam.
    
Love You    
Elga

Air mataku mengalir semakin deras dari setiap sudutnya, kupakai cincin pemberian Elga, aku berlari menghampiri Ibu dan memeluknya.

“Bu, aku udah nikah sama Elga!”

“Nilam, kenapa sayang?”

“Ini!” Kutunjukan cincin pemberian Elga dijari manisku.

“Nilam, kamu butuh waktu nak. Kamu harus kuat!”

“Sekarang aku mau cerai sama Elga Bu!” kulepas cincin pemberian Elga dan memberikannya pada Ibu.

“Aku titip cincin pernikahanku dengan Elga Bu! Ibu harus menjaganya dengan baik!”
Ibu memeluku erat dan kami menangis bersama-sama.

Cerpen lucu~


My Day WOW !!

 


Bunyi alarm perlahan membangunkanku dari tidur malamku, segera ku bergegas kekamar mandi untuk wudhu bermaksud untuk sholah subuh. Ibu yang ada didapur sepertinya sedang memasak nasi goreng kesukaan adik laki-lakiku, ku lihat ayah disamping dapur sedang membawa pakaian kotor kami. Aku pun bergegas mandi dan bersiap-siap.
Lana, adik laki-lakiku tampak sudah siap dengan kaos hijau seragam olah raga dan tas biru tua miliknya. Kakak sepupuku juga sudah terlihat siap dengan barang-barangnya, namun seperti biasa ibu masih bersama Almira adik perempuanku. Ku lihat diriku dicermin kamarku, gadis berkulit sawo matang dengan rambut basahnya yang baru saja dikeramas dan setelah aku selesai menyisir rambut panjangku, akupun bergegas mengenakan sepatu. Pertama-tama tentu kaos kakinya dulu lalu baru kulanjutkan dengan sepatu baru pemberian ayah.
“makan dulu..” kata ayah sambil menyuapkan sesendok mi goreng kentang buatan ibu, tak banyak mi yang ku makan namun hanyalah lima sendok saja. Setelah itu aku segera berjalan ke mobil sambil membawa dua buah tas, yang berwarna coklat milikku dan yang hitam milik ibu. Aku berjalan dengan santai bahkan hingga sampai diluar rumah.
“ayah.. ayo, ini sudah jam enam.. aku udah terlambat” teriakku dari dalam mobil. Setelah semua masuk (aku, ayah, ibu, kakak sepupu) kami segera berangkat. Tujuan pertama tentu saja sekolahku, diperjalanan aku hanya tak banyak bicara dan menatap kupon-kupon belanja yang ayah dapatkan dari salah satu tempat perbelanjaan.
Setibanya didepan sekolahku. Aku khawatir akan keterlambatanku, pak satpam yang ada didalam posnya melihatku dengan heran “apa yang ia pikirkan?” gumamku sambil berlari. Suara guru matematika kesayanganku sudah terdengar cukup keras dari lapangan basket. Aku berlari tidak begitu cepat karena kakiku masih sakit akibat olah raga hari selalsa lalu. Ditangga kakiku mulai lelah, tapi aku masih berlari kecil.
Setibanya dikelas semua berteriak “lia, tutup pintunya” tanpa pikir panjang aku segera menutupnya. Saat aku membalikan badan semua menatapku sambil tertawa sambil menunjuk ke arah sepatuku. “Oh Ya Tuhan, apa yang aku kenakan ini..?” pikirku, aku mengenakan kaos kaki yang berwarna putih tentu saja itu salah besar. Pak guru tertawa kecil sambil menatapku, mataku mencari seorang kawan sebangkuku yang tak tampak. Aku berjalan dengan rasa malu yang tak dapat ku tutupi, langkah kaki yang semakin cepat membuat seisi kelas tertawa termasuk beberapa sahabatku.
Aku berusaha memendam rasa maluku, ya aku memang terkenal sebagai anak yang percaya diri. Teman lelaki dibarisan sebelah kiriku juga tertawa melirikku, ia memang pintar tapi menyebalkan. Pelajaran berjalan dengan lancar seperti biasa, semula guru-guru juga tidak melirik kaos kakiku.
Sewaktu istirahat sekolah aku merasa lapar, namun aku tak berani pergi kekantin jadi aku meminta tolong salah satu sahabatku untuk membelikan sesuatu untukku “Lin, tolong beliin es tempatnya bu Darsini ya, o iya sama Kerupuk pedas ya hehe makasih”. Sambil menunggu pesanan itu datang, aku termenung dibalkon depan kelasku “kupu-kupu itu indah, pasti enak jadi mereka” gumamku, lalu datanglah seorang sahabat lamaku “wah enggak tertib tu. Yang lainnya pakai hitam kamu pakai putih.. waaaah” ledeknya hingga tertawa dan menunjuk masing-masing kaki temanku. Beberapa candaan ada dikelas yang terletak paling ujung dari kelas lain, ya anak-anak dikelasku memang lebih berbeda dari anak-anak kelas lain.
Beberama aku menunggu pesananku, aku melihat ketiga sahabatku sedang bersantai didepan kelas 8B. Mereka tampak meledekku sehingga membuatku berteriak “woy..!! cepetan sini.. udah bel masuk” tapi tampaknya mereka tidak mendengar dan hanya tersenyum. Ketua kelas dikelasku yang bernama Aziz pun datang menghampiriku dan mengatakan bahwa guru matematika yang kurang disenangi itu memberi tugas “ah pasti sulit” gumamku lagi.
Ketika Lina, Nurul ,dan Sandra datang membawakanku sebatang es lilin kacang hijau dan sebungkus kerupuk pedas.. kami segera masuk ke dalam kelas dan duduk dibangku kami untuk menyantap jajanan yang membakar lidah tersebut. Aziz menghampiriku lagi, kali ini ia benar-benar memberikan soal matematika itu. Awalnya hanya ku pandangi dan kubaca soalnya satu per satu sampai makananku habis tak bersisa.
Setelah ku buang bungkus jajanan itu, aku lalu mencoba mengerjakan soal tersebut. Seisi kelas mengatakan bahwa soal ini terlalu sulit dan tak dimengerti, anak laki-laki banyak yang berisik dengan siulan-siulan mereka yang amat mengganggu “woy..!! dieeem!!” teriakku yang kemudian diikuti oleh teriakan anak perempuan lain dari arah mana-mana. Ku kerjakan soal tersebut dengan rasa malas, ya memang matematika adalah mata pelajarang yang tak ku senangi kecuali bila gurunya adalah pak Sumaryono.
Ku lirik ke segala arah, wajah-wajah kusam dan berkerut dengan bibir bergerak kecil tampak dari rupa sebagian besar anak perempuan. Lalu datang seorang lagi temanku yang bernama Kiki, sebenarnya itu datang untuk menanyakan jawaban dari soal tersebut tapi malah sebaliknya aku dan kawan-kawan yang bertanya kepadanya, toh dia dapet jawaban itu juga dari Toni.
Sepulang sekolah aku merasa malu, karena banyak orang melihat kearah bagian bawahku. Sambil menunggu pak satpam datang memberikan pinjaman hp miliknya, aku berdiri didepan pagar sekolah bersama beberapa temanku. Saatku terduduk dibawah, seorang anak lelaki adik kelasku datang melewatiku dengan tatapan sinis yang menghanyutkan. Ia seperti meledekku dengan menjulurkan lembaran uang miliknya. Aku sedikit mengoceh dihadapannya, hingga pak satpam itu datang dan memberikan hp nya.
Beberapa siswa yang sedang menunggu jemputan juga mengantri meminjam hp tersebut tapi entah mengapa aku lebih sering mendapat giliran pertama. Beberapa menit aku mengobrol dengan salah satu temanku yang bernama Dini sambil menunggu jemputan. Ternyata ia yang dijemput terlebih dahulu, barulah beberapa menit kemudian aku yang pulang.
Diperjalanan rasa malu itu makin memuncak, untuk menutupi rasa malu ini aku ingin sekali membeli camilan “jajan ya bude..” kataku saat berada didepan warung kecil namun apa daya, camilan itu sudah habis. Aku pulang dengan perasaan kecewa dan juga malu. Teringat hari senin lalu saat aku salah mengenakan rok, yang seharusnya putih tapi aku menggunakan rok osis. Tak ada rasa mengerti dalam benakku, aku melangkah dan terus tersenyum hingga akhirnya adik kelasku yang bernapa Puput memanggilku dari atas sana “mbak Lia, kok roknya biru?” pertama-tama aku tak mengerti apa yang dibicarakannya setelah beberapa anak lelaki yang ada didepan kelas 9F berdiri dan terbahak menertawakanku. Aku terkejut dan langsung berlari ke kantor BK, disitulah aku menemui seorang guru yang bernama bu Pratiwi dan menyapanya sambil memohon dan tersenyum ketakutan “bu mau pinjam rok putih” namun hari itu memang hari sialku, tak ada persediaan rok putih.. smeua habis terpinjam oleh orang lain. Kedua sahabatku pun datang menemaniku hingga akhirnya aku terpaksa naik ke kelas dengan perasaan kacau. Semua mata tertuju kepadaku, bahkan teman-teman dikelasku terus menertawakanku. Padahal hari itu akulah petugas koor, teman yang ada disampingku terus berusaha menenangkanku. Aku berusaha menghindar dari pandangan guru yang tegaan itu namun apa daya ditengah upacara aku harus keluar dari barisan dan mundur kedepan. Lagi-lagi semua mata tertuju kepadaku. Dibelakang barisan aku menemui guru yang lumayan akrab denganku, namanya pak Andi. Ia datang mendekatiku dan menundukan kepalanya ditelingaku, aku sedikit bercanda dibelakang sana.. sedikit ngeyel.. namun ia tetap membawaku kebarisan hukuman bersama dua orang lainnya. Kedua guru BK pun mencantumkanku kedalam daftar point “oh Ya Tuhan, kenapa aku bisa sepikun itu” gumamku cemberut.
Hah, aku memang ceroboh. Ditengah jalan aku melirik ke arah barat, tepat disebuah warung kelapa muda langgananku. Aku melihat seorang kawan lamaku yang bernama Andri tersenyum kepadaku, aku sangat malu dan bertanya-tanya apakah ia melihat kaos kakiku.
Sore harinya aku berangkat bimble dengan baju pink yang kubeli dengan uangku sendiri juga dengan kerudung merah muda baruku. Lagi-lagi kesalahan yang ku buat, aku salah membawa buku.. ya aku membawa buku bahasa Indonesia sedangkan hari ini mapelnya Biologi. Aku sedikit merengek kepada mas Joko, operator di bimbleku “mas.. aku enggak bawa biologi.. aku bawanya bahasa Indonesia” tapi tak ditanggapi hanyalah senyum yang kudapatkan. Aku terduduk lesu didepan pintu, melihat seorang rupawan datang dari ujung jalan “dia” gumamku, aku tersenyum dan pura-pura tidak tahu akan kehadirannya. Lalu aku berlari keruang kelas untuk meletakan tas yang membebaniku, lalu aku kembali berlari keluar ruang kelas.
Setelah bel tanda masuk berbunyi, aku bergegas masuk dan aku terkejut saat dia duduk tak jauh dari tempatku. Aku tersenyum dan memandangnya dari belakang “andai bisa ku miliki dia” gumamku dalam harap. Pelajaran biologi seperti biasa, tentor cakep dan unyu bernama Hepta, hingga akhirnya jam pulanpun tiba. Hujan yang mengguyur deras tak kunjung berhenti, membuatku bingung apa yang harus aku lakukan. Beberapa teman tertawa dan bercanda, tapi aku hanya menikmati teh yang ku beli. Aku terduduk sendiri dikelas hingga Aldo dan Lora datang dan berdiri dipintu kelas. Sedikit kami bercanda, lalu ku tutup lagi pintunya. Beberapa menit kemudian kembali kubuka lagi pintu hujau tersebut dan tepat dihadapanku temanku yang bernama Rizal itu seperti terpeleset hingga jauh.. hampir terjatuh-jatuh dan itu membuatku tertawa terbahak-bahak ya itulah.
Aku kembali menyendiri dan mematikan lampu kelas, aku terduduk diujung kelas. Ketika pintu kelas terbuka aku menyadari ada seseorang yang datang dan bertanya “ siapa disini?” aku langsug berdiri dan mendorongnya keluar.. ya dia Nico yang menurutku dia pacarnya Dona temanku. “kenapa bukan dia yang masuk untuk mengajakku keluar” gumamku, setelah ku tutup lagi pintunya aku mendengar keadaan diluar seperti sedang bingung memikirkanku semua meneriakan namaku.
Ku putuskan untuk keluar ketika keadaan mulai tenang namun hujan belumlah reda “lia, tadi kamu kenapa?” tanya beberapa temanku dan aku hanya tersenyum sambil memainkan sedotan plastik dan pesawat kertas buatanku.
Hingga akhrinya kusadari baju sobek tanpa sebab akupun hujan-hujan begini harus pulang meninggalakn kawan-kawanku yang masih berteriak dan bercanda didalam situ.


Matahari terbit, ayam berkokok sudah waktunya pagi tiba. Hari yang baru Bella mulai dimana ia harus belajar di bangku sekolah yang baru, pelajaran baru, guru baru, dan teman yang baru.
Pukul 05. 00 pagi Bella bangun dari tempat tidurnya, Bella tampak begitu bersemangat karena hari ini hari yang ia tunggu-tunggu. Di tempat tidurnya Bella langsung bergegas pergi ke kamar mandi dan Bella langsung pergi mandi, seusai mandi ia melakukan hal yang harus dilakukan setelah mandi, seusainya Bella pergi sarapan. “Bella kamu terlihat sangat bersemangat hari ini?”, Tanya ibu “iya dong bu, aku kan sekarang akan belajar di bangku SMP, apalagi SMP itu SMP yang aku impikan!”, jawab Bella sambil mengambil makanan sarapannya “baguslah kalau kamu bersemangat sekolah hari ini, semoga hari-hari yang akan datang juga sama seperti hari ini” kata ibu sambil mengolesi selai ke roti yang jadi makanan sarapannya “bagaimana sih ibu, aku kan sudah mendapatkan semua keinginanku aku pasti akan bersemangat untuk hari-hari berikutnya!” jawab Bella sambil mengunyah dan menelan makanannya “benar yang diucapkan kamu Bella? Ayah akan menunggu janjimu!” Tanya ayah sambil ragu dengan ucapan Bella “benar dong, yahhh ayo kita berangkat yahhh! Dahhh ibuuu!”
Sesampai di sekolah Bella terlihat sangat bersemangat dan gembira, dan ia langsung mencari kelas yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah, lama Bella mencari kelas, akhirnya Bella menemukan kelasnya yaitu kelas 7B “akhirnya ku temukan juga kelasnya, masuk ahh!” Bella berkata. Sesampai di dalam kelas Bella terlihat kebingungan karena ia bingung mau duduk dengan siapa “Aku duduk dengan siapa ya, ahh itu urusan belakangan aku duduk di bangku itu dulu ahh!” Bella berkata sambil berwajah bingung. tidak lama dari Bella duduk di bangku itu, ada seorang perempuaan yang menghampiri Bella dan ia bertanya pada Bella “hei, kamu duduk sama siapa?” “sama siapa saja yang mau!” Bella menjawab “bolehkan aku duduk bersamamu?” Tanya perempuan itu lagi “tentu saja boleh” Bella menjawab kembali, lalu perempuan itu duduk bersama Bella dan mereka mengobrol dengan asyiknya sampai-sampai mereka lupa menanyakan nama satu sama lain, “oh iya perkenalkan nama aku Bella, nama kamu siapa?” Tanya Bella “oh iya dengan asyiknya kita mengobrol jadi lupa tidak menanyakan nama, nama aku beby, senang berkenalan denganmu!” jawab perempuan tadi yang bernama beby “senang juga berkenalan denganmu!” jawab Bella sambil bersalaman dengan Bebby. Tidak lama dari pembicaraan Bella dengan Bebby guru yang akan menjadi wali kelas mereka pun masuk ke kelas mereka, wali kelas mereka menyampaikan beberapa pengumumman kepada semua muriid yang ada di kelas yang diikuti oleh Bella dan Bebby.
Ternyata hari ini pembelajaran di bebaskan dahulu, tetapi hari ini akan melakukan beberapa perkenalan satu sama lain, lama setelah perkenalan itu berlangsung Bel istirahat berbunyi, sebelum istirahat bu Britney mengumumkan “anak-anak setelah bel masuk nanti berbunyi kalian semua langsung menuju lapangan ya!”. “Baik bu” jawab semua murid.
Bella dan Bebby menghampiri salah satu murid perempuan yang bernama Cassia, kebetulan Cassia sedang sendiri, “hai, Cassia” Tanya Bella. “Hai, Bella Hai, Bebby” jawab Cassia “ikut ke kantin dengan kami yukk?” Tanya Bebby “emm, boleh” awab Cassia.
Di kantin mereeka mengobrol, tertawa, bergembira, dan sesekali mereka bernyanyi. “oh iya bu Britney bilang bel masuk berbunyi kita harus menuju lapangan ya?” Bella bertanya “oh iya bel, aku hampir kelupaan untung ada kamu!” jawab Bebby “kita harus cepat menghabiskan makanan ini” kata Cassia “iya” kata Bebby dan Bella. Bel masuk telah berbunyi, mereka langsung berlari menuju lapangan.
Sesampai di lapangan mereka langsung berbaris sesuai kelas masing-masing, bu Vonne mengumumkan beberapa pengumuman salah satunya “anak-anak sesudah ini kalian boleh pulang, dan jangan lupa besok kalian harus membawa baju olahraga, buku catatan 1, kertas karton 1, dan boneka yang mirip manusia satu, kalian sudah tau kan anggota kelompok masing-masing?” “sudah bu” jawab semua murid “ya bagus, sekarang kalian tentukan siapa yang akan menjadi ketua kelompok, bendahara, sekretaris, dan anggota di kelompok kalian masing-masing” “baik bu” jawab semua murid. Semua murid bergegas untuk menentukan siapa yang akan memimpin di kelompknya masing-masing, dan Bella yang menjadi ketua di kelompok 10, Bebby menjadi sekretaris, dan Cassia menjadi bendahara, anggota kelompok 10 ada Sonia, Bagas, Difa, dan Zira. ”silahkah semuanya masuk ke kelas masing-masing dan langsung pulang kerumah masing-masing jangan mampir kemana-mana dulu ya!” perintah bu Vonne “baik bu” jawab semua murid.
Sebelum pulang kerumah bu Britney menuju ke kelas “anak-anak sudah mendengar pengumuman tadi yang di sampaikan bu Vonne?” Tanya bu Brittney “sudah bu” jawab semua murid “bagus, tapi pesan satu lagi darri ibu, kalian besok yang punya laptop/netbook bawa yahh!” perintah bu Britney “baik bu” jawab semua murid “sekarang kalin boleh pulang!” perintah bu Britney.
Sesampai di rumah Bella langsung mempersiapkan barang-barang yang harus dibawa besok, ”barang-barang apa ya yang harus aku bawa!” ingat Bella “oh iya aku harus bawa baju olahraga, siap, buku catatan 1, siap, kertas karton 1, siap, boneka1, siap, dan laptop, siap. Siap deh semuanya tinggal berangkat besok” ingat Bella lagi. “Bella waktunya makan siang” teriak ibu memanggil Bella “iya bu sebentar” teriak Bella menjawab ibu. “Bu tau gak besok aku mau ngapain di sekolah?” Bella menanyakan sesuatu kepada ibu sambil mengunyah makanannya “memangnya kamu mau ngapain besok?” Tanya ibu “aku besok mau…, adadehhh”. “yaudah kalau kamu gak mau kasih tau ibu, ibu gak akan kasih jajan selama 1 minggu”, ”iya iya bu aku kasih tau dehh, besok aku di suruh bawa barang2 anehlah misalnya kertas kartonlah, baju olahraga, boneka, laptop dll.” Jawab Bella sambil bersemangat.
Sesudah makan siang Bella langsung masuk ke kamarnya, ”aku telfon Bebby ah!”Bella berkata “hallo, ca ”_” iya ini siapa ya” “ini aku Bella” “oh Bella ada apa bel nelfon, ada perlu apa?” “gak ada perlu apa-apa sih, aku Cuma mau nanya, lagian ini pulsa yang aku kok abis, aku yang abis!” “iya-iya mau nanya apa Bel?” ”aku mau nanya, kamu pengen cepet-cepet besok gak?” “engga tuh biasa aja!” “kamu gitu, jahat!” “iya-iya aku pengen cepet besok” “nahh gitu dong itu yang namanya sahabat” “emang, aku emang sahabat, hehehe” “iya-iya, ca main yuk?” “main kemana?” “kemana aja ajakin si Cassi” “kumpul dimana?” “di taman depan kompleks ya” “oke” “dahh” ”dahh”. “Aku telfon si Cassi ahh”. “hallo, cass” “hallo, ada apa bell” “mau main gak” “main kemana” “kemana aja, ditunggu di taman depan kompleks ya!” “oke” “dahh” “dahh”.
Sesampai di taman depan kompleks tempat mereka berkumpul, mereka bingung mau main kemana, mereka telah mengeluarkan pendapat satu sama lain, tapi tidak ada yang cocok, sampai ada seseorang yang bilang “molen”, mereka kepikiran bahwa mereka akan main ke mall mereka semua setuju dengan pendapat itu.
Sesampai di mall mereka bermain-main, mengobrol, bercanda, dan sesekali belanja, dan tidak lupa dengan hoby Cassi ialah makan. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 05. 00 sore, mereka langsung pulang kerumah masing-masing.
Sesampai di rumah, Bebby tidak langsung mandi atau melakukan pekerjaan yang lain, dia malah langsung kekamar dan tidur. Berbeda dengan Cassia dan Bella mereka tidak lupa untuk mandi, belajar, dan melakukan pekerjaan yang lain.
Keesokkan harinya ia sangat bersemangat, pagi hari ia seperti biasanya.
Anak–anak langsung menuju ruangan olahraga sekolah, kepala sekolah memperkenankan murid-murid untuk berganti pakaian di ruangan ganti pakaian. Setelah semua beres mengganti pakaiannya kepala sekolah alias bu vonne langsung memerintahkan ketua kelompok masing-masing untuk maju ke depan dan membuatkan topi sulap dari kertas karton untuk anggotanya masing-masing, dan tugas anggotanya adalah untuk membuat baju dari kertas karton untuk ketua dan dirinya sendiri, tugas sekretaris adalah menulis semua yang dilakukan seluruh kelompoknya, tugas bendahara adalah menghias boneka. Permainan yang diberikkan oleh kepala sekolah itu berjalan dengan lancar dan seru. Anggota kelompok harus bisa mendandani ketua kelompoknya yaitu dengan memakaikan baju yang terbuat dari kertas karton, dan ketua regu tugasnya ialah mendandani wajah secemong mungkin, wajah anggotanya.
Setelah selesai permainan dari kepala sekolah murid-murid diperkenankan untuk memasuki ruangan kelasnya masing-masing. Bu Britney menugaskan kepada murid kelas 7b untuk membuat Novel tentang “kehidupanku”, langsung di laptop/notebook/tablet pc masing-masing, yang tidak punya ikut ke yang punya.
Keesokkan harinya…
Seperti biasanya ia disekolah begitu bersemangat dan bahagia. Fribella Kielastie Ramadhan, Zibbebby Anugrah Pratama, dan Crastiea Yuyiep Gumelar akan menjadi Sahabat sejati untuk selamanya, bu Britney akan menjadi guru palingggg baikk, dan bu fravonne akan menjadi kepala sekolah yang terfavorite.