Senin, 18 Februari 2013

Cerpen lucu~


My Day WOW !!

 


Bunyi alarm perlahan membangunkanku dari tidur malamku, segera ku bergegas kekamar mandi untuk wudhu bermaksud untuk sholah subuh. Ibu yang ada didapur sepertinya sedang memasak nasi goreng kesukaan adik laki-lakiku, ku lihat ayah disamping dapur sedang membawa pakaian kotor kami. Aku pun bergegas mandi dan bersiap-siap.
Lana, adik laki-lakiku tampak sudah siap dengan kaos hijau seragam olah raga dan tas biru tua miliknya. Kakak sepupuku juga sudah terlihat siap dengan barang-barangnya, namun seperti biasa ibu masih bersama Almira adik perempuanku. Ku lihat diriku dicermin kamarku, gadis berkulit sawo matang dengan rambut basahnya yang baru saja dikeramas dan setelah aku selesai menyisir rambut panjangku, akupun bergegas mengenakan sepatu. Pertama-tama tentu kaos kakinya dulu lalu baru kulanjutkan dengan sepatu baru pemberian ayah.
“makan dulu..” kata ayah sambil menyuapkan sesendok mi goreng kentang buatan ibu, tak banyak mi yang ku makan namun hanyalah lima sendok saja. Setelah itu aku segera berjalan ke mobil sambil membawa dua buah tas, yang berwarna coklat milikku dan yang hitam milik ibu. Aku berjalan dengan santai bahkan hingga sampai diluar rumah.
“ayah.. ayo, ini sudah jam enam.. aku udah terlambat” teriakku dari dalam mobil. Setelah semua masuk (aku, ayah, ibu, kakak sepupu) kami segera berangkat. Tujuan pertama tentu saja sekolahku, diperjalanan aku hanya tak banyak bicara dan menatap kupon-kupon belanja yang ayah dapatkan dari salah satu tempat perbelanjaan.
Setibanya didepan sekolahku. Aku khawatir akan keterlambatanku, pak satpam yang ada didalam posnya melihatku dengan heran “apa yang ia pikirkan?” gumamku sambil berlari. Suara guru matematika kesayanganku sudah terdengar cukup keras dari lapangan basket. Aku berlari tidak begitu cepat karena kakiku masih sakit akibat olah raga hari selalsa lalu. Ditangga kakiku mulai lelah, tapi aku masih berlari kecil.
Setibanya dikelas semua berteriak “lia, tutup pintunya” tanpa pikir panjang aku segera menutupnya. Saat aku membalikan badan semua menatapku sambil tertawa sambil menunjuk ke arah sepatuku. “Oh Ya Tuhan, apa yang aku kenakan ini..?” pikirku, aku mengenakan kaos kaki yang berwarna putih tentu saja itu salah besar. Pak guru tertawa kecil sambil menatapku, mataku mencari seorang kawan sebangkuku yang tak tampak. Aku berjalan dengan rasa malu yang tak dapat ku tutupi, langkah kaki yang semakin cepat membuat seisi kelas tertawa termasuk beberapa sahabatku.
Aku berusaha memendam rasa maluku, ya aku memang terkenal sebagai anak yang percaya diri. Teman lelaki dibarisan sebelah kiriku juga tertawa melirikku, ia memang pintar tapi menyebalkan. Pelajaran berjalan dengan lancar seperti biasa, semula guru-guru juga tidak melirik kaos kakiku.
Sewaktu istirahat sekolah aku merasa lapar, namun aku tak berani pergi kekantin jadi aku meminta tolong salah satu sahabatku untuk membelikan sesuatu untukku “Lin, tolong beliin es tempatnya bu Darsini ya, o iya sama Kerupuk pedas ya hehe makasih”. Sambil menunggu pesanan itu datang, aku termenung dibalkon depan kelasku “kupu-kupu itu indah, pasti enak jadi mereka” gumamku, lalu datanglah seorang sahabat lamaku “wah enggak tertib tu. Yang lainnya pakai hitam kamu pakai putih.. waaaah” ledeknya hingga tertawa dan menunjuk masing-masing kaki temanku. Beberapa candaan ada dikelas yang terletak paling ujung dari kelas lain, ya anak-anak dikelasku memang lebih berbeda dari anak-anak kelas lain.
Beberama aku menunggu pesananku, aku melihat ketiga sahabatku sedang bersantai didepan kelas 8B. Mereka tampak meledekku sehingga membuatku berteriak “woy..!! cepetan sini.. udah bel masuk” tapi tampaknya mereka tidak mendengar dan hanya tersenyum. Ketua kelas dikelasku yang bernama Aziz pun datang menghampiriku dan mengatakan bahwa guru matematika yang kurang disenangi itu memberi tugas “ah pasti sulit” gumamku lagi.
Ketika Lina, Nurul ,dan Sandra datang membawakanku sebatang es lilin kacang hijau dan sebungkus kerupuk pedas.. kami segera masuk ke dalam kelas dan duduk dibangku kami untuk menyantap jajanan yang membakar lidah tersebut. Aziz menghampiriku lagi, kali ini ia benar-benar memberikan soal matematika itu. Awalnya hanya ku pandangi dan kubaca soalnya satu per satu sampai makananku habis tak bersisa.
Setelah ku buang bungkus jajanan itu, aku lalu mencoba mengerjakan soal tersebut. Seisi kelas mengatakan bahwa soal ini terlalu sulit dan tak dimengerti, anak laki-laki banyak yang berisik dengan siulan-siulan mereka yang amat mengganggu “woy..!! dieeem!!” teriakku yang kemudian diikuti oleh teriakan anak perempuan lain dari arah mana-mana. Ku kerjakan soal tersebut dengan rasa malas, ya memang matematika adalah mata pelajarang yang tak ku senangi kecuali bila gurunya adalah pak Sumaryono.
Ku lirik ke segala arah, wajah-wajah kusam dan berkerut dengan bibir bergerak kecil tampak dari rupa sebagian besar anak perempuan. Lalu datang seorang lagi temanku yang bernama Kiki, sebenarnya itu datang untuk menanyakan jawaban dari soal tersebut tapi malah sebaliknya aku dan kawan-kawan yang bertanya kepadanya, toh dia dapet jawaban itu juga dari Toni.
Sepulang sekolah aku merasa malu, karena banyak orang melihat kearah bagian bawahku. Sambil menunggu pak satpam datang memberikan pinjaman hp miliknya, aku berdiri didepan pagar sekolah bersama beberapa temanku. Saatku terduduk dibawah, seorang anak lelaki adik kelasku datang melewatiku dengan tatapan sinis yang menghanyutkan. Ia seperti meledekku dengan menjulurkan lembaran uang miliknya. Aku sedikit mengoceh dihadapannya, hingga pak satpam itu datang dan memberikan hp nya.
Beberapa siswa yang sedang menunggu jemputan juga mengantri meminjam hp tersebut tapi entah mengapa aku lebih sering mendapat giliran pertama. Beberapa menit aku mengobrol dengan salah satu temanku yang bernama Dini sambil menunggu jemputan. Ternyata ia yang dijemput terlebih dahulu, barulah beberapa menit kemudian aku yang pulang.
Diperjalanan rasa malu itu makin memuncak, untuk menutupi rasa malu ini aku ingin sekali membeli camilan “jajan ya bude..” kataku saat berada didepan warung kecil namun apa daya, camilan itu sudah habis. Aku pulang dengan perasaan kecewa dan juga malu. Teringat hari senin lalu saat aku salah mengenakan rok, yang seharusnya putih tapi aku menggunakan rok osis. Tak ada rasa mengerti dalam benakku, aku melangkah dan terus tersenyum hingga akhirnya adik kelasku yang bernapa Puput memanggilku dari atas sana “mbak Lia, kok roknya biru?” pertama-tama aku tak mengerti apa yang dibicarakannya setelah beberapa anak lelaki yang ada didepan kelas 9F berdiri dan terbahak menertawakanku. Aku terkejut dan langsung berlari ke kantor BK, disitulah aku menemui seorang guru yang bernama bu Pratiwi dan menyapanya sambil memohon dan tersenyum ketakutan “bu mau pinjam rok putih” namun hari itu memang hari sialku, tak ada persediaan rok putih.. smeua habis terpinjam oleh orang lain. Kedua sahabatku pun datang menemaniku hingga akhirnya aku terpaksa naik ke kelas dengan perasaan kacau. Semua mata tertuju kepadaku, bahkan teman-teman dikelasku terus menertawakanku. Padahal hari itu akulah petugas koor, teman yang ada disampingku terus berusaha menenangkanku. Aku berusaha menghindar dari pandangan guru yang tegaan itu namun apa daya ditengah upacara aku harus keluar dari barisan dan mundur kedepan. Lagi-lagi semua mata tertuju kepadaku. Dibelakang barisan aku menemui guru yang lumayan akrab denganku, namanya pak Andi. Ia datang mendekatiku dan menundukan kepalanya ditelingaku, aku sedikit bercanda dibelakang sana.. sedikit ngeyel.. namun ia tetap membawaku kebarisan hukuman bersama dua orang lainnya. Kedua guru BK pun mencantumkanku kedalam daftar point “oh Ya Tuhan, kenapa aku bisa sepikun itu” gumamku cemberut.
Hah, aku memang ceroboh. Ditengah jalan aku melirik ke arah barat, tepat disebuah warung kelapa muda langgananku. Aku melihat seorang kawan lamaku yang bernama Andri tersenyum kepadaku, aku sangat malu dan bertanya-tanya apakah ia melihat kaos kakiku.
Sore harinya aku berangkat bimble dengan baju pink yang kubeli dengan uangku sendiri juga dengan kerudung merah muda baruku. Lagi-lagi kesalahan yang ku buat, aku salah membawa buku.. ya aku membawa buku bahasa Indonesia sedangkan hari ini mapelnya Biologi. Aku sedikit merengek kepada mas Joko, operator di bimbleku “mas.. aku enggak bawa biologi.. aku bawanya bahasa Indonesia” tapi tak ditanggapi hanyalah senyum yang kudapatkan. Aku terduduk lesu didepan pintu, melihat seorang rupawan datang dari ujung jalan “dia” gumamku, aku tersenyum dan pura-pura tidak tahu akan kehadirannya. Lalu aku berlari keruang kelas untuk meletakan tas yang membebaniku, lalu aku kembali berlari keluar ruang kelas.
Setelah bel tanda masuk berbunyi, aku bergegas masuk dan aku terkejut saat dia duduk tak jauh dari tempatku. Aku tersenyum dan memandangnya dari belakang “andai bisa ku miliki dia” gumamku dalam harap. Pelajaran biologi seperti biasa, tentor cakep dan unyu bernama Hepta, hingga akhirnya jam pulanpun tiba. Hujan yang mengguyur deras tak kunjung berhenti, membuatku bingung apa yang harus aku lakukan. Beberapa teman tertawa dan bercanda, tapi aku hanya menikmati teh yang ku beli. Aku terduduk sendiri dikelas hingga Aldo dan Lora datang dan berdiri dipintu kelas. Sedikit kami bercanda, lalu ku tutup lagi pintunya. Beberapa menit kemudian kembali kubuka lagi pintu hujau tersebut dan tepat dihadapanku temanku yang bernama Rizal itu seperti terpeleset hingga jauh.. hampir terjatuh-jatuh dan itu membuatku tertawa terbahak-bahak ya itulah.
Aku kembali menyendiri dan mematikan lampu kelas, aku terduduk diujung kelas. Ketika pintu kelas terbuka aku menyadari ada seseorang yang datang dan bertanya “ siapa disini?” aku langsug berdiri dan mendorongnya keluar.. ya dia Nico yang menurutku dia pacarnya Dona temanku. “kenapa bukan dia yang masuk untuk mengajakku keluar” gumamku, setelah ku tutup lagi pintunya aku mendengar keadaan diluar seperti sedang bingung memikirkanku semua meneriakan namaku.
Ku putuskan untuk keluar ketika keadaan mulai tenang namun hujan belumlah reda “lia, tadi kamu kenapa?” tanya beberapa temanku dan aku hanya tersenyum sambil memainkan sedotan plastik dan pesawat kertas buatanku.
Hingga akhrinya kusadari baju sobek tanpa sebab akupun hujan-hujan begini harus pulang meninggalakn kawan-kawanku yang masih berteriak dan bercanda didalam situ.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar